Indonesia Tawarkan Model Kerukunan Dunia Lewat Program Indonesian Interfaith Scholarship 2025
- account_circle Azkatia
- calendar_month Rab, 12 Nov 2025

Program Indonesian Interfaith Scholarship 2025 menjadi bagian dari diplomasi perdamaian Indonesia. (Foto: Dok/Ist).
Lens IDN, Jakarta — Indonesia kembali memperkuat perannya sebagai pusat inspirasi kerukunan dunia melalui program Indonesian Interfaith Scholarship (IIS) 2025 yang digelar oleh Kementerian Agama RI bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri RI. Program ini menghadirkan sepuluh tokoh lintas agama dan kebudayaan dari Austria untuk mempelajari langsung praktik hidup rukun di tengah keberagaman Indonesia.
Mengusung tema Harmonizing Culture and Religion in Indonesia, kegiatan berlangsung pada 12–20 November 2025 di Jakarta, Jawa Barat, Semarang, Yogyakarta, dan Bali. Para peserta berasal dari berbagai kalangan, seperti pemimpin komunitas agama, akademisi, jurnalis, serta aktivis lintas iman.
Sekretaris Jenderal Kementerian Agama, Prof Dr Phil Kamaruddin Amin MA, menyampaikan bahwa Indonesia memiliki pengalaman unik dalam menjaga harmoni di tengah perbedaan. “Kita ingin dunia melihat bagaimana nilai moderasi beragama tumbuh dari kehidupan masyarakat. Indonesia membuktikan bahwa keberagaman dapat menjadi kekuatan yang memperkaya, bukan memisahkan,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama, Muhammad Adib Abdushomad MAg MEd PhD, menegaskan bahwa IIS merupakan sarana internasionalisasi praktik baik kerukunan Indonesia. “Kami ingin menunjukkan bahwa harmoni bukan hanya konsep, tetapi kenyataan yang hidup di Indonesia. Di sini, agama dan budaya berjalan beriringan untuk menjaga keseimbangan sosial dan kemanusiaan,” kata Gus Adib.
Selama sembilan hari, peserta IIS melakukan kunjungan ke berbagai rumah ibadah, lembaga pendidikan, dan komunitas lintas agama. Di Desa Sadar Kerukunan Pabuaran, Bogor, Jawa Barat, mereka menyaksikan warga dari berbagai agama bekerja sama dalam kegiatan sosial. Delegasi juga mengunjungi Masjid Istiqlal, Katedral Jakarta, Pesantren Bumi Cendekia Yogyakarta, serta Pura Besakih dan Puja Mandala di Bali sebagai representasi harmoni umat beragama di Indonesia.
Menurut Gus Adib, pengalaman ini diharapkan memperkuat kerja sama lintas negara dalam membangun peradaban damai. “Indonesia bukan hanya laboratorium kerukunan, tetapi juga rumah bagi persaudaraan dunia,” ujarnya.
Program Indonesian Interfaith Scholarship 2025 menjadi bagian dari diplomasi perdamaian Indonesia yang memperkenalkan nilai moderasi beragama dan toleransi ke tingkat global.
- Penulis: Azkatia
