Tantangan Ekonomi dan Masa Depan Akuntansi di Indonesia 2025
- account_circle Devina
- calendar_month Rab, 13 Agu 2025

Darus Salam, Mahasiswa Akuntansi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. (Foto: Lens IDN).
Lens IDN, Opini – Memasuki pertengahan tahun 2025, perekonomian Indonesia berada pada fase yang penuh tantangan. Gelombang ketidakpastian global, perubahan kebijakan fiskal, hingga fluktuasi nilai tukar rupiah menjadi latar belakang yang memengaruhi hampir seluruh sektor industri. Namun, di tengah riuhnya isu makroekonomi, ada satu aspek penting yang kerap terabaikan, padahal menjadi tulang punggung kepercayaan pasar atau akuntansi.
Bagi sebagian orang awam, akuntansi mungkin hanya soal pencatatan angka-angka keuangan. Tetapi bagi dunia usaha, akuntansi adalah bahasa bisnis yang menentukan bagaimana perusahaan dipersepsikan oleh investor, kreditor, pemerintah, dan masyarakat. Keakuratan laporan keuangan bukan hanya masalah kepatuhan regulasi, tetapi juga cerminan integritas manajemen.
Ekonomi Tidak Stabil, Akuntansi Jadi Ujung Tombak
Tahun ini, ekonomi Indonesia menghadapi tekanan dari beberapa sisi. Inflasi yang sempat terkendali di awal tahun kembali meningkat akibat kenaikan harga energi dan pangan. Situasi ini memengaruhi biaya operasional perusahaan, memaksa manajemen untuk melakukan penyesuaian strategi, dan menuntut laporan keuangan yang lebih adaptif terhadap perubahan pasar.
Di tengah kondisi tersebut, akuntansi memiliki peran ganda. Pertama, sebagai alat untuk memetakan risiko dan memastikan setiap keputusan bisnis didukung oleh data yang valid. Kedua, sebagai sarana komunikasi dengan pihak eksternal agar kepercayaan publik tetap terjaga.
Sayangnya, realita di lapangan masih menunjukkan bahwa sebagian perusahaan belum menjadikan transparansi laporan keuangan sebagai prioritas. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat masih ada perusahaan publik yang terlambat menyampaikan laporan keuangan, bahkan melakukan koreksi besar setelah publikasi awal. Fenomena ini memunculkan tanda tanya besar: apakah keterlambatan ini murni kendala teknis atau ada persoalan integritas?
Akuntansi di Era Digital: Antara Peluang dan Ancaman
Teknologi telah mengubah wajah akuntansi. Saat ini, software akuntansi berbasis cloud dan sistem Enterprise Resource Planning (ERP) semakin banyak digunakan untuk mempercepat proses pencatatan, meningkatkan akurasi data, dan mempermudah audit.
Dari sisi peluang, digitalisasi membuka ruang efisiensi yang luar biasa. Proses yang sebelumnya memakan waktu berminggu-minggu kini dapat diselesaikan dalam hitungan jam. Integrasi data keuangan dengan sistem manajemen persediaan, pemasaran, dan sumber daya manusia memungkinkan perusahaan memiliki pandangan yang lebih komprehensif terhadap kondisi internal.
Namun, di balik peluang tersebut, ada pula ancaman yang tidak bisa diabaikan. Keamanan data menjadi isu krusial. Kebocoran informasi keuangan dapat merusak reputasi perusahaan dan bahkan memicu kerugian finansial yang besar. Selain itu, adopsi teknologi tanpa kesiapan sumber daya manusia justru dapat menimbulkan kesalahan pencatatan yang fatal.
Oleh karena itu, transformasi digital dalam akuntansi harus dibarengi dengan pelatihan berkelanjutan bagi para akuntan dan auditor. Teknologi hanyalah alat; keberhasilan penerapannya tetap bergantung pada kompetensi dan integritas manusia yang menggunakannya.
Standar Internasional dan Tantangan Lokal
Indonesia telah mengadopsi International Financial Reporting Standards (IFRS) secara bertahap sejak beberapa tahun terakhir. Standar ini bertujuan untuk menyelaraskan laporan keuangan perusahaan Indonesia dengan praktik global, sehingga memudahkan investor internasional dalam menilai kinerja dan potensi investasi.
Namun, penerapan IFRS tidak selalu berjalan mulus. Beberapa sektor usaha, khususnya UMKM, masih kesulitan memahami dan menerapkan standar ini secara penuh. Alasan klasik seperti keterbatasan sumber daya manusia, biaya pelatihan yang tinggi, dan resistensi terhadap perubahan masih sering terdengar.
Di sinilah peran pemerintah dan asosiasi profesi akuntansi menjadi sangat penting. Sosialisasi, pelatihan, dan pendampingan teknis perlu ditingkatkan, bukan hanya untuk perusahaan besar tetapi juga untuk pelaku usaha skala menengah dan kecil. Jika tidak, kesenjangan kualitas laporan keuangan antara perusahaan besar dan kecil akan semakin lebar, yang pada akhirnya berdampak pada ketimpangan akses pembiayaan.
Akuntansi dan Tata Kelola Perusahaan yang Baik
Prinsip Good Corporate Governance (GCG) menempatkan transparansi sebagai salah satu pilar utamanya. Laporan keuangan yang jujur dan tepat waktu adalah indikator utama keberhasilan penerapan GCG.
Ketika laporan keuangan disusun secara akurat, pemegang saham dapat mengambil keputusan investasi yang tepat, kreditor dapat menilai kelayakan pembiayaan, dan pemerintah dapat merumuskan kebijakan ekonomi yang lebih efektif. Sebaliknya, jika laporan keuangan dimanipulasi atau disembunyikan, dampaknya bisa destruktif. Kita tentu masih ingat skandal keuangan besar di Indonesia, seperti kasus Jiwasraya dan Garuda Indonesia, yang menunjukkan betapa rapuhnya kepercayaan publik ketika akuntansi dijadikan alat manipulasi.
Transparansi bukan hanya soal kepatuhan hukum, tetapi juga strategi bisnis jangka panjang. Perusahaan yang berani terbuka terhadap kondisi keuangan yang sebenarnya akan lebih dihargai investor, bahkan ketika sedang mengalami penurunan kinerja.
Menghadapi Masa Depan: Rekomendasi Strategis
Melihat tantangan dan peluang yang ada, ada beberapa langkah strategis yang perlu dipertimbangkan oleh pelaku usaha, regulator, dan praktisi akuntansi:
- Meningkatkan Integritas Laporan Keuangan
Akurasi data harus menjadi prioritas utama. Setiap laporan keuangan harus disusun berdasarkan fakta dan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku. - Mengadopsi Teknologi dengan Bijak
Digitalisasi akuntansi adalah keniscayaan, tetapi harus diiringi dengan pelatihan dan penguatan sistem keamanan data. - Mendorong Kepatuhan terhadap IFRS
Pemerintah dan asosiasi profesi perlu memperluas program pelatihan dan pendampingan untuk memastikan standar internasional dapat diterapkan secara merata. - Memperkuat Fungsi Audit Internal dan Eksternal
Audit yang independen dan berkualitas tinggi akan membantu mendeteksi potensi kesalahan atau kecurangan sejak dini. - Mengintegrasikan Akuntansi dengan Strategi Bisnis
Akuntansi tidak boleh dipandang sebagai fungsi administratif semata, tetapi harus menjadi bagian dari proses pengambilan keputusan strategis.
Penutup: Membangun Kepercayaan di Tengah Gejolak
Ekonomi yang bergejolak adalah realitas yang tidak bisa dihindari. Tetapi di tengah ketidakpastian, ada satu hal yang selalu menjadi pegangan: kepercayaan. Dan kepercayaan itu dibangun melalui transparansi, akurasi, dan akuntabilitas.
Akuntansi, jika dijalankan dengan integritas, dapat menjadi benteng yang menjaga kredibilitas perusahaan di mata publik. Sebaliknya, jika disalahgunakan, ia dapat menjadi bom waktu yang menghancurkan reputasi yang telah dibangun selama bertahun-tahun.
Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pusat investasi yang menarik di kawasan Asia Tenggara. Namun, potensi itu hanya akan terwujud jika dunia usaha dan pemerintah bersama-sama membangun ekosistem bisnis yang sehat, di mana akuntansi berperan sebagai pilar utama.
Ke depan, tantangan ekonomi mungkin akan semakin kompleks, tetapi dengan komitmen pada transparansi dan tata kelola yang baik, dunia usaha Indonesia dapat bertahan dan bahkan berkembang lebih kuat. Pada akhirnya, masa depan akuntansi di Indonesia bukan hanya tentang angka, melainkan tentang membangun kepercayaan yang menjadi fondasi bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
*) Penulis adalah Darus Salam, Mahasiswa Akuntansi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
- Penulis: Devina
- Editor: Azkatia