Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » Kolom » Belajar Bukan Sekadar Soal Pintar, Tapi Soal Bertahan

Belajar Bukan Sekadar Soal Pintar, Tapi Soal Bertahan

  • account_circle Tim Redaksi
  • calendar_month Kam, 11 Des 2025

Lens IDN, Kolom – Sejak SD hingga SMA, kita dibentuk untuk percaya bahwa belajar adalah tentang menjadi pintar. Kita dikejar nilai bagus, ikut les tambahan, menghafal rumus, dan berkali-kali mengikuti tryout. Hidup terasa sederhana: belajar → pintar → selesai. Namun ketika masuk kuliah, pola itu berubah total. Belajar tidak lagi sekadar soal nilai, melainkan soal kemampuan bertahan di tengah dinamika kehidupan mahasiswa yang sering kali tidak terduga.

Ada satu kejadian klasik yang hampir semua mahasiswa pernah alami: pukul 10 malam, mata sudah setengah tertutup, tapi tugas sama sekali belum tersentuh. Laptop menyala, halaman Word masih kosong, dan pikiran berkecamuk, “Kenapa dosen ngasih tugas di minggu-minggu seperti ini?” Mau mulai terasa berat, mau tidur jadi kepikiran, dan mau menyerah pun tak bisa karena deadline 23:59 tidak pernah memberi belas kasihan.

Dari momen-momen seperti itu, kita mulai sadar bahwa belajar bukan pekerjaan satu atau dua jam. Belajar adalah perjuangan mental. Duduk konsisten selama lima menit untuk memulai sering kali jauh lebih sulit daripada memahami rumus yang panjang. Banyak teman yang sebenarnya cerdas, cepat memahami materi, dan mudah mengikuti penjelasan dosen, namun tetap kewalahan ketika tidak memiliki kemampuan bertahan.

Di kelas ada satu teman, sebut saja Nina. Ia bukan yang paling pintar, bahkan sering terkena giliran presentasi mendadak. Tetapi ada satu hal yang membuatnya selalu selamat: konsistensi. Ia bukan tipe yang belajar semalaman. Ia hanya punya kebiasaan kecil—duduk setengah jam setiap hari untuk mencicil apa pun yang bisa dikerjakan. Pelan tetapi pasti. Anehnya, nilainya selalu stabil, bahkan kadang lebih baik daripada mereka yang terlihat “pintar”. Dari Nina, kita belajar bahwa disiplin kecil dapat mengalahkan kecerdasan besar.

Namun ada juga masa ketika kita merasa buntu total. Pernah tidak, sedang membaca materi tapi otak terasa kosong? Tidak ada yang masuk meski sudah dicatat, di-highlight warna-warni, dan ditempeli sticky notes untuk memotivasi diri. Saat-saat seperti itu sering membuat kita merasa bodoh, padahal semua orang mengalaminya—hanya saja tidak semua mau bercerita.

Belajar itu seperti maraton panjang. Ada fase ketika kita berlari kencang, ada saat ketika kita melambat, dan ada hari di mana kita ingin berhenti. Tetapi maraton bukan soal siapa yang paling cepat, melainkan siapa yang terus melangkah walau dengan langkah yang pelan.

Sering kali, tekanan terbesar bukan datang dari materi, tapi dari pikiran sendiri. Pikiran yang suka membandingkan diri dengan orang lain: “Kok dia cepat paham, sementara aku harus baca tiga kali?” atau “Dia sudah mulai tugas, aku baru buka judulnya.” Padahal setiap orang punya ritme masing-masing. Apa yang tampak mudah bagi orang lain belum tentu mudah bagi kita, begitu pula sebaliknya.

Banyak mahasiswa akhirnya gagal bukan karena tidak pintar, tetapi karena menyerah terlalu cepat. Sementara mereka yang berhasil sering kali hanya memiliki satu kelebihan: mereka bertahan sedikit lebih lama.

Pada akhirnya, belajar bukan kompetisi siapa yang paling jenius. Belajar adalah proses adaptasi—jatuh bangun, trial and error, dan drama-drama kecil yang tidak pernah diajarkan dalam kurikulum. Kita bukan hanya belajar tentang materi kuliah, tetapi juga belajar menghadapi diri sendiri: mengalahkan rasa malas, melawan ketakutan gagal, dan menerima bahwa merasa bingung itu tidak apa-apa.

Menjadi pintar memang penting. Namun kemampuan bertahan jauh lebih menentukan. Hidup jarang menunggu sampai kita merasa siap. Tetapi selama kita terus melangkah, sedikit demi sedikit, entah bagaimana semua akan terlewati juga.

Dan ketika suatu hari kamu melihat nilai yang akhirnya keluar atau menyelesaikan tugas yang dulu terasa mustahil, kamu akan menyadari satu hal:
Yang membawamu sampai di titik itu bukan hanya kecerdasanmu, tetapi keteguhanmu untuk tetap berdiri ketika kamu hampir menyerah.

 

*) Penulis adalah Melly susanti, Mahasiswi Akuntansi Universitas Pamulang.

  • Penulis: Tim Redaksi

Rekomendasi Untuk Anda

  • Bruno Fernandes Kesal Wasit Tak Minta Maaf Usai Insiden Penalti Kontra Fulham

    Bruno Fernandes Kesal Wasit Tak Minta Maaf Usai Insiden Penalti Kontra Fulham

    • calendar_month Sel, 26 Agu 2025
    • account_circle Azkatia
    • 0Komentar

    Lens IDN, Jakarta – Kapten Manchester United, Bruno Fernandes, melontarkan kekecewaannya terhadap wasit setelah insiden kontroversial saat timnya berhadapan dengan Fulham. Fernandes mengaku terganggu dengan insiden itu, meski ia menegaskan bahwa kegagalannya mengeksekusi penalti murni merupakan kesalahannya sendiri. Dalam laga tersebut, Fernandes terlibat kontak fisik dengan wasit tepat sebelum dirinya mengambil tendangan penalti. Insiden itu membuat […]

  • Mees Hilgers

    Anco Jansen Ungkap Alasan Mees Hilgers Sulit Dilirik Klub Eropa Usai Pilih Paspor Indonesia

    • calendar_month Ming, 17 Agu 2025
    • account_circle Azkatia
    • 0Komentar

    Lens IDN, Jakarta – Mantan pemain PSM Makassar, Anco Jansen, menilai keputusan Mees Hilgers memilih paspor Indonesia menjadi salah satu faktor yang membuat sang bek kesulitan menarik minat klub Eropa pada bursa transfer musim panas 2025. Menurut Jansen, status kewarganegaraan baru Hilgers berdampak langsung terhadap peluang kariernya di Eropa. Dengan paspor Indonesia, bek berusia 24 […]

  • lagu nasional

    Sekjen PSSI Yunus Nusi Desak Aturan Royalti Lagu Nasional Dihapus

    • calendar_month Sab, 16 Agu 2025
    • account_circle Azkatia
    • 0Komentar

    Lens IDN, Jakarta – Sekretaris Jenderal (Sekjen) PSSI, Yunus Nusi, menanggapi kabar yang menyebutkan bahwa pemutaran lagu-lagu nasional, termasuk Indonesia Raya, Indonesia Pusaka, hingga Tanah Airku, akan dikenakan biaya royalti. Menurutnya, aturan tersebut tidak masuk akal dan justru mencederai semangat kebangsaan. Yunus menegaskan bahwa para pencipta lagu perjuangan tidak pernah mengharapkan imbalan materi. Lagu-lagu nasional […]

  • Kemal Abda’u Dorong Masyarakat Kuasai Ekspor-Impor Mandiri yang Aman

    Kemal Abda’u Dorong Masyarakat Kuasai Ekspor-Impor Mandiri yang Aman

    • calendar_month Kam, 28 Agu 2025
    • account_circle Azkatia
    • 0Komentar

    Lens IDN, Jakarta – Peluang perdagangan global terus terbuka lebar seiring meningkatnya kebutuhan pasar internasional. Menyikapi tren ini, praktisi ekspor-impor Kemal Abda’u aktif memberikan edukasi kepada masyarakat agar lebih percaya diri terjun ke bisnis lintas negara, baik dalam impor maupun ekspor produk lokal. Kemal, yang juga dikenal sebagai pendiri komunitas Berani Export Import, menegaskan bahwa […]

  • Alejandro Garnacho Tolak Bayern Munchen, Fokus Ingin Gabung Chelsea

    Alejandro Garnacho Tolak Bayern Munchen, Fokus Ingin Gabung Chelsea

    • calendar_month Sel, 26 Agu 2025
    • account_circle Azkatia
    • 0Komentar

    Lens IDN, Jakarta – Alejandro Garnacho (20) dikabarkan menolak kesempatan untuk bergabung dengan Bayern Munchen pada bursa transfer musim panas ini. Winger muda Manchester United tersebut justru diyakini hanya ingin pindah ke Chelsea, klub yang saat ini tengah berusaha keras menyelesaikan kesepakatan sebelum jendela transfer resmi ditutup. Bayern sebenarnya sempat mencoba mendekati Garnacho pada awal […]

  • Benjamin Šeško

    Ruben Amorim Puji Benjamin Šeško: Striker Masa Depan yang Harus Dijaga dengan Hati-Hati

    • calendar_month Ming, 24 Agu 2025
    • account_circle Azkatia
    • 0Komentar

    Lens IDN, Jakarta – Pelatih Manchester United, Ruben Amorim, memberikan pujian tinggi kepada Benjamin Šeško, striker muda yang diyakininya akan menjadi pilar utama lini depan klub dalam jangka panjang. Amorim menekankan pentingnya menjaga mentalitas serta proses adaptasi sang penyerang agar bisa berkembang secara maksimal. Dalam keterangannya, Amorim mengungkapkan bahwa ia merasa terkesan dengan kualitas yang […]

expand_less